Rabu, 22 Juni 2016

Refleksi Meminta maaf dan memaafkan

Meminta maaf dan memaafkan
Orang dewasa hebat dalam mengajari anak nya untuk meminta maaf: “Hei, minta maaf kepada kawan mu karena telah memukul wajah nya dengan sekop”. Tindakan ini jauh lebih sulit di lakukan ketika Anda semakin tua, seperti kita meminta maaf kepada kawan satu asrama yang telah kita buli. Kebanyakan orang yang saya kenal tidak suka meminta maaf kecuali ada semacam dorongan.
            Tapi pikirkan lah: apa yang anda korban kan untuk meminta maaf? Tidak ada! Yah, setidak nya tidak ada yang terlalu penting itu memang mengorbankan kebanggaan diri kita. Tapi kebanggan diri ada adalah suatu yang penting untuk di korban kan. Kebanggan diri ada lah emas bagi orang bodoh , kita adalah orang bodoh jika kita mengagap itu berharga. Dalam skema besar kehidupan, kebanggaan diri tidak berarti. Sebenar nya itu buakn hanya tidak berarti, tetapui mengorban kan berbagai hal. Semakin banyak kebanggan diri yang anda pegang, semakin sedikit kita mengalami bantuan dan berkat dari Tuhan. Kitab Amsal mengajari kita, “ jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati nya.. keangkuhan merendahkan orang lain tetapi orang lain rendah hati, menerima pujian.

            Satu hal lagi, meminta maaf lah dengan hati-hati. Anda tidak perlu meminta maaf dalam segala hal tetapi seperlu nya saja. Meminta , maaf untuk tindakan dan reaksi yang bersifal ilahi, bagaiman tindakan dan reaksi tersebut salah di mengerti, adalah dosa, kita seolah memperlakukan dosa bukan sebagai dosa, dan perbuatan ini dengan sendiri nya sebagai dosa. Meminta maaf lah untuk hal di mana kita bersalah. Itu saja.
            Pemberian maaf seperti hal nya dengan BETADINE membuat luka sembuh dengan baik. Setiap kita memberikan maaf kepada orang yang bersalah kepada kita, luka yang terjadi terminimum. Jika kita tidak memperluaspemberian maaf luka kita tidak sembuh dan akan terbuka lagi setiap kiat mengingat konflik. Jujur saja, pemberian maaf adalah langkah yang amat sulit. Ketika saya tersakiti dalam sebuah konflik, tanggapan saya yang pertama bukan lah memaafkan. Saya tidak berpikir untuk melakukan rekonsiliasi. Tidak nafsu kedagingan saya adalah saya ingin menyakiti orang tersebut. Saya ingin petir menyambar kepala nya, saya ingin tresenyum saat iya kesakitan dan diam-diam saya berharap ia mengalami apa yang saya rasakan, saya ingin meyalakan lilin dan membakar rumah nya, maaf yang ini mungkin agak ektrem, tapi memang saya ingin balas dendam.
            Tapi perasaan yang saya miliki ini tidak termotivasi oleh Roh Kudus Tuhan, perasaan ini adalah perasaan alami saya, dan ini tidak menyenangkan Tuhan. Kedewasaan spiritual mendorong saya untuk memaaf kan. Tergantung pada kita, untuk melakukan apa yang di perlikan agar dapat hidup dengan damai, saya harus memaaf kan walaupun sulit.
            Yesus merasakan dan memahami rasa sakit, penghianatan dan konflik. Tetapi Ia menjadi teladan dan pemberian maaf. Ketika Ia di paku di kayu salib, Ia mengucapakan doa ini kepad mereka yang meletakan nya disana:” Ampunilan mereka, sebab mereka tidak tau yang mereka perbuat” . kehidupan yang baru membutuhkan kita untuk mengikuti nya.






Puisi
“Sekarang sudah remaja”
Hari ini kau telah remaja
Hari ini kau telah mengenal cinta
Hari ini pula kau telah jatuh cinta      
Apabila engkau telah mengenal cinta
Maka cintailan dengan iman mu
Jangan lah alasan engkau mencintai
 kau tumpah kan birahi mu
kau telah mengenal dunia pada pijakan kaki mu
Kau buka mata dan meniru yang tidak berarti
Semoga Tidak ada freesex dan sabu di dalam hati
Semoga remaja ini menjadi panutan di masa nanti
Dan mengusap air mata ibu pertiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar